Thursday, August 27, 2020

Hutan Indonesia, Mengambil bagian untuk Melestarikan

Bulan Agustus tidak hanya bulan bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia tapi ada hari penting yang patut diingat, digaungkan, dan juga diberitakan, "Hari Hutan Indonesia".

Hari Hutan Indonesia diperingati setiap tanggal 7 Agustus.

Sumber: Instagram @hutanituid


Jujur, saya pun baru mengerti kalau ada hari hutan di Indonesia. Kenapa harus diperingati? Menurut pendapat pribadi saya, sebagai cara mengingat betapa pentingnya ekosistem hutan bagi kehidupan kita, bukan hanya manusia tapi juga flora dan fauna di dalamnya. Dengan adanya Hari Hutan Indonesia, secara langsung perhatian masyarakat kita juga tertuju pada hutan tropis negara ini. Hal ini menurut saya salah satu langkah yang strategis untuk mengajak berbagai lapisan mengingat dan bertindak untuk melindungi keanekaragaman hayati hutan - hutan Indonesia.

Ada berapa hektar hutan di Indonesia? Terdapat sekitar 128 juta Ha hutan di Indonesia berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup, namun hutan lindung jumlahnya 29,7 Ha. Jumlah yang sangat kecil jika kita bandingkan jumlah total hutan Indonesia.

Lalu apa andil hutan bagi kehidupan manusia modern saat ini? Tentunya selain fakta tentang hutan sebagai paru - paru dunia di mana hutan menjadi salah satu penyuplai oksigen. Bagi penduduk asli, hutan menjadi tempat mereka tinggal dan juga untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari dengan berburu, bercocok tanam dan juga meramban. Hutan memiliki peranan penting dalam mengatur iklim serta konservasi tanah dan air, mencegah longsor dan juga banjir. Dan yang pasti hutan juga merupakan rumah bagi berbagai jenis hewan dan serta tumbuhan.

Namun, berkat standar perkembangan manusia dan segala kebutuhannya, hutan dan isinya sedikit demi sedikit terkikis keberadaan. Lalu apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengambil bagian dalam melestarikan hutan Indonesia? Ada beberapa hal di bawah ini yang menurut saya bisa dilakukan, sejauh ini, hal - hal di bawah yang bisa saya lakukan untuk hutan Indonesia.

Menyuarakan pendapat kamu diberbagai platform yang memberikan kesempatan tersebut.
Menurut saya, menyuarakan hal tentang menjaga alam melestarikan hutan bisa melalui seni merupakan salah satu cara agar kita bisa memberikan masa depan yang lebih pada bagian hutan Indonesia salah satunya adalah Orangutan. Selain memberikan harapan masa depan, yang kami lakukan kami percayai sebagai cara mengetuk dan bercerita tentang apa yang kita miliki dan bagaimana kita nantinya akan beraksi melestarikannya.

Sumber: Dokumentasi pribadi


Di tahun 2019, saya Rangga dan grup kecil kami mencoba bercerita melalui pertunjukan teater boneka bagaimana bagian dari hutan Indonesia terancam keberadaannya dan kehilangan masa depannya dengan judul pertunjukan Pongo Abelii. Pertunjukan ini diambil dari nama latin orangutan Sumatera. Hingga saat ini kami masih terus berproses, menggodok kembali apa dan bagaimana kami akan menyuarakan isu ini.

Teman - teman juga bisa menyuarakan pentingnya menjaga hutan di Indonesia dengan cara teman - teman sendiri.

Berkesadaran
Menurut saya, menjadi sadar atas segala tindakan dan pilihan yang kita ambil membuat kita lebih peka terhadap sekitar. Bahwa sebenarnya kita hidup tidak untuk diri kita sendiri melainkan hewan tumbuhan dan alam yang terus menerus memberi kita sesuatu untuk hidup. Dengan berkesedaran kita akan sampai pada cukup. 

Kita akan lebih teliti mencari tahu tentang produk bahkan benda sehari - hari yang kita gunakan. Mana yang baik untuk kita dan juga lingkungan. Kita juga akan menjadi lebih menghargai apa yang kita miliki sekarang. Memberikan andil bisa kita mulai dari diri kita sendiri. 

Bantu dengan adopsi hutan pada lembaga lembaga terkait. 
Untuk orang utan sendiri ada beberapa lembaga yang ikut andil merawat bayi bayi orang utan yang kehilangan induknya. Salah satu lembaga yang saya ketahui memberikan tempat untuk teman - teman yang ingin mengadopsi orang utan adalah Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF). Sila teman - teman mencari tahu tentang lembaga ini.

Sumber: Instagram @hutanituid


Hari Hutan Indonesia kali ini juga memberikan kesempatan bagi kita untuk mengadopsi hutan lho. Sebuah gerakan gotong royong menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon dan floranya, serta fauna yang hidup di dalamnya melalui tangan - tangan masyarakat penjaga hutan. Silakan klik link Adopsi Hutan untuk menjadi bagian gotong royong melestarikan hutan kita.

Selamat Merayakan Kemerderkaan!
Semoga kita semua bisa memberikan kemerdekaan juga pada flora dan fauna yang hidup bersama di tanah air ini.

Monday, June 29, 2020

My Dog: Alih Wahana Virtual, Sebuah Pemantik


Hai, selamat menyambut hari - hari di bulan Juli yang cerah dan menyenangkan.

Kali ini, saya mau cerita lagi tentang Flying Balloons Puppet. Sebenarnya banyak sekali draft tentang kelompok yang Rangga dan saya bangun ini, tentang cerita belakang panggung atau lainnya yang hadir.

Pandemi sungguh meluluhlantakkan rencana kami di tahun ini, dari penelitian lanjutan tentang pertunjukan kami, hingga rencana tur ke beberapa kota. Untuk saat ini, semua rencana kami simpan dulu sampai keadaan berangsur membaik. Simpan dengan baik sembari mengumpulkan amunisi.


Tentu saja, banyak sekali hal yang harus dilakukan untuk memanaskan mesin kami. Dan, di waktu yang tepat, Flying Balloons diajak Papermoon untuk ikut Pupa Puppet Lab Virtual. Saya senang sekali! Karena memang sudah lama kami istirahat, mulai dari persiapan saya melahirkan yang mengharuskan saya dan Rangga pulang, hingga sampai Jogja kami harus menghadapi kenyataan bahwa pandemi membatasi pergerakan sementara.

Jadi, bagaimana Pupa Puppet Lab ini? Ada 3 kelompok yang diajak Papermoon untuk berproses, Kanca Ruci, Komunitas Sakatoya, dan Flying Balloons. Kami diminta membuat pertunjukan untuk keluarga yang nanti akan direcord dan ditampilkan secara daring. Ini pertama kalinya bagi kami, di mana pertunjukan ditonton secara virtual. Dan tentunya ada wahana baru yang harus kami ajak kenalan.

Awalnya Rangga hadir dengan cerita tentang sampah dan seorang pria, namun premis ceritanya belum kuat, sehingga atas masukan mentor dari Papermoon, Rangga ambil cerita tentang anjing dan tuannya. Lalu, pertunjukan ini kami beri judul My Dog. Waktu berproses cukup singkat, 1 minggu untuk menggodok ide, menyiapkan kebutuhan artistik, mengambil gambar, dan mengedit video beserta musik. Hectic sekali! Tapi jadi perjalanan unik karena kami mencoba membuat pertunjukan ini dengan konsep pembuatan film sederhana. Kami mencoba sesuatu yang baru. 

Acara livenya ada di Youtube Disbud DIY, Pupa Puppet Lab didukung oleh Disbud DIY

Sampai akhirnya kami membuat studio mini di rumah kami untuk proses pengambilan gambarnya. Untuk editing, Rangga dibantu mas Yoga. Ternyata, dalam waktu seminggu, kami bisa sedikit memanaskan mesin kami. Walaupun harapan saya itu, harusnya terbakar. Hahaha. Tapi, semoga jadi awalan baik buat kami untuk terus berproses dan membuat sesuatu yang menyenangkan.

Pertunjukkannya cukup singkat, sekitar 7 menit saja. Walau hasilnya belum maksimal sekali, cukuplah untuk jadi bekal memulai lagi. Kami lagi menggodok beberapa cerita juga untui dibuat dalam bentuk video. Semoga segera bisa tayang yaaa.

Kalau penasaran dan ingin menunggu hasilnya, jangan lupa follow instagram kami di @flyingballoons.puppet.

Terima kasih sudah mampir

Cheers

Monday, June 15, 2020

New Normal, Is it?

Hai hai!
Sekarang pada rame ngomongin new normal ya. Sebenarnya apa sih new normal? As far as I understand, new normal itu sebuah cara untuk menormalisasi keadaan saat atau setelah pandemi dalam segi sosial dan juga ekonomi.

Tapi, apa sebenarnya saat ini kita sudah siap menjalani new normal? I doubt that. Bukannya meremehkan, tapi tentu ada keraguan karena disebagian besar daerah di Indonesia, jumlah kasus covid19 tetap bertambah. Meskipun, dibeberapa daerah terjadi penurunan kasus. 

Apakah kita siap menjalankan segala requirement dan juga safety measure saat new normal berjalan? Apa semua lapisan masyarakat sudah dibekali pengetahuan terhadap hal ini? Apa pelayanan kesehatan kita cukup memadai untuk menangani kasus covid19? Mungkin terlalu banyak pertanyaan yang akan muncul mengenai normal baru ini.

Kemarin, sempat baca syarat di WHO mengenai daerah atau lingkungana atau negara yang bisa menjalankan kenormalan baru ini. Syaratnya adalah, angka kasus berkurang atau bahkan tidak ada peningkatan, adanya fasilitas yang bisa melaksanakan test berskala masif, dan kapasitas kesehatan memadai dan mampu menangani kasus yang ada.

Kalau dari syarat tersebut, apa yakin kita sudah berapa ditahap tersebut? Apa jangan - jangan peak dari pandemi ini belum mencapai puncaknya? 

Ini nih lucu banget rasanya, setelah beberapa lama gak nulis, tulisannya bahas hal begini. Mungkin karena terpantik banyak bahasan ini di sosial media. Bahkan banyak usaha yang mulai menjual new normal kit. Ide yang menarik tentunya. Tapi kembali lagi, are we there yet?

Cukup itu dulu ah, tulisan singkat hari ini. Besok mau bahas teater boneka aja, lagi manasin mesin, biar gak karatan dan ditinggalkan.

Have a good night sleep semuanya.

Friday, May 22, 2020

Pongo Abelii: George Town Festival 2019

Last day performance at George Town Festival

Hola!

My English is super rusty nowadays. I need to practice it over, that's why I wrote today's entry in English. 

I would love to share more about Flying Balloons Puppet experience in this blog. In fact, this post already on my draft lists since 2019! Anyway, last year, we got selected as one of performers at George Town Festival in Penang Malaysia. It is a new experience for me to bring 8 people including me traveling quite far from before. 

We have been performing and working in several cities in Indonesia from Jogja, Jakarta, Makassar, and Lombok. But, it is our first time doing it outside Indonesia. We brought Pongo Abelii, an experimental puppet performance that we started in the beginning of 2019. Pongo Abelii is a performance where we are looking for the artistic choice and trying other form of puppetry that will resemble our group better.

Being another new contemporary puppet theater group, despite the fact that we have been around for 5 years, is quite challenging. In Indonesia, Papermoon Puppet Theatre is the role model for modern puppetry. And yes! They are our role model/mentor/friends. Before Rangga created Flying Balloons Puppet during his study in ISI Yogyakarta, we have attended Pesta Boneka - a puppet biennale festival - held by Papermoon to search for references on puppet theatre. Rangga started to search about puppetry through Youtube and his first encounter is a German puppet artist Ilka Schonbein. He then looked for Indonesia group and we found Papermoon.

Long story short, since 2015, we have been performing and creating puppet theater. As a puppet theater group we are in searching for our identity. By learning with Papermoon we acknowledged that we adapted their artistic choices. It is inevitable for everyone who are learning from others. We experimented with materials and story as well. For me personally, Act Without Words and Pongo Abelii could become the door to find our style as a group.

Last day of festival with all GTF team and performers

In this festival, we performed in a Heritage building called Whiteaways Arcade. The stage is on the second floor. I get a little bit nervous since it use wood flooring and part of the shows the actor will stomp the floor. But, after general rehearsal, we could get the sense on how actor  will use their power for that scene. We had 2 performances during the festival. I am the one who managed the team and the performance, back and forth coordinating with the technical team, until explaining and closing the show. It was such a journey. 

I knew that Pongo Abelii is a working progress. There is a lot of things that we need to find and explore with the piece. I almost cried when I saw how people react and even cry after watching this performance. It is our first time performing in Penang, Malaysia. I hope that it gives a lot of perspective and experience to the team. Even though it is not our first international festival, but it definitely creates new way for us to deliver the story through Pongo Abelii. 


Our Puppeteer: from left to right Jefri, Maisyarah, Yunita, and Anwar

I am definitely wants to write more about Pongo Abelii's journey, from how this story began, how we created its premiere, how we developed this and all the good & bad things we have been through. I hope I could manage to share the progress through out this year. Actually,  we plan to cook and develop this performance even more. There are several cities on our list to performs Pongo Abelii this year. But, the condition's now is not ideal for us to do it. 

So, here I am trying to share its story one by one. It becomes a way for me to evaluate and even to find opportunity for this performance. 

'till next time!


Tuesday, May 19, 2020

Sumūjī: Smoothies & Others

Logo Sumuji buatan sendiri

Halooo~

Menghitung hari menuju lebaran ya, Ramadan sudah mau berakhir aja nih. Blog challenge juga bakal selesai. Semoga seterusnya bisa konsisten buat nulis berbagai hal yang saya suka di blog ini. 

Ramadan 2020 memang ajaib, terlebih lagi dengan adanya COVID-19. Tantangan makin besar, terutama untuk banyak pekerja yang kerjanya project based, bahkan pekerja di perusahaan mapan pun banyak yang dirumahkan. Momen seperti ini memang gak cuma berat untuk satu dua orang, tapi buat semua lapisan. 

Photo by Ayasy. Smoothies Kurma 1 liter

Tahun ini saya dan Rangga memberanikan diri untuk mulai usaha kecil - kecilan kami, Sumūjī Smoothies & Others. Dengan tuntutan dan lainnya, kami mencari alternatif kegiatan berdua yang syukurnya bisa menghasilkan secukupnya buat kami. Hihihi. Selain merencanakan hal - hal bersama Flying Balloons Puppet, yang anggota terpencar dan lagi stay di rumah aja, saya dan Rangga mulai membuat Sumuji di bulan Maret lalu.

Awalnya saya memang suka banget dengan produk olahan susu dan juga jus buah, lalu saya dapat kiriman kurma dari kakak saya. Iseng deh bikin, wow, ternyata enak! Terus bilang sama Rangga, jualan ini yuk, nganternya sambil kamu jadwal beli pakan. Iya, jadi Sumūjī ini proyek bonding saya dan Rangga di satu sisi, di sisi lainnya jadi channel salurin sukanya kita eksperimen di dapur.

Choco Banana Smoothies

Kenapa namanya smoothies & others, karena saya dan Rangga ingin punya produk lain selain jagoan kami Smoothies Kurma. Cuma belum kesampaian saja. Ditunggu ya eksperimen lainnya. Sejauh ini kami punya dua varian smoothies, Kurma dan Pisang Coklat a.k.a Choco Banana. So far favorit orang - orang tetep Kurma, karen ada rasa gurih, rempah dan juga mania jadi satu. 

Smoothies buatan kami nggak pakai gula lagi, pemanisnya pakai kurma saja. Selain itu dibuat fresh sesuai orderan dan tentunya tanpa pengawet. Smoothies tahan maksimal 3 hari di kulkas (bukan di pintu ya) dan seminggu di freezer. Tapi better minum setelah diantarkan yaaa. 

Sebenarnya ada beberapa hal yang bikin saya ragu mulai usaha beverages gini, sampahnya. 😔 Tapi kalau gak mulai kapan belajarnya. Jadi akalinnya adalah, semua bahan yang membawa packaging saya bersihkan dan kumpulkan. Nantinya akan dikasih ke bank sampah. Lalu kami mengencourage orang untuk beli botol kaca, jadi bisa tukar botol dan dapat diskon. Kalaupun memilih botol plastik, kami harap pelanggan bisa bertanggung jawab terhadap sampahnya. Meskipun masih berprogress semoga semakin baik lagi.

Oh iya, buat yang di Jogja dan ingin nyobain Smoothies buatan kami. Langsung cek instagram @sumuji__ ya.

Semoga puasa hari ini lancar. 

Popular Posts

Featured Post

Hutan Indonesia, Mengambil bagian untuk Melestarikan

Bulan Agustus tidak hanya bulan bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia tapi ada hari penting yang patut diingat, digaungkan, dan juga diberit...