Friday, April 27, 2018

Gadis Daun Jeruk


Hi hi! I am back with another story about Flying Balloons Puppet project. I hope you guys enjoy reading this one ya.

Gadis Daun Jeruk, dari judulnya saja langsung bikin pikiran kemana - mana nggak sih? (I mean jadi berimajinasi) Kalau saya sudah pasti membayangkan seperti apa gadis daun jeruk ini. Sebenarnya apa sih Gadis Daun Jeruk? Terus apa hubungannya judul ini sama proyek Flying Balloons Puppet?

Jadiii, Gadis Gadis Daun Jeruk adalah buku cerita bergambar yang ditulis oleh mba Rinda Maria Gempita dengan Ilustrasi dari mba Wickana. Ceritanya, sehabis pentas NATUH di Galeri Indonesia Kaya Maret kemarin, saya bertemu dan berkenalan dengan mba Rinda. Dia cerita tentang ketertarikan dia pada bagian shadow dari pertunjukan kami dan berharap kami bisa berbagi di acara launching buku Gadis Daun Jeruk ini. Terus kami sempet ngobrol sebentar. Obrolannya kami lanjutkan melalui Whatsapp, mba Rinda juga kasih e-book dari bukunya ini. Saya share ke temen - temen dan sebagian besar kami suka pakai banget sama bukunya.

At first, ketika kamu mikir tentang buku cerita bergambar, kamu bakal bayangin kalau ceritanya totally buat anak - anak kaan? But, no no, Gadis Daun Jeruk punya sesuatu yang berbeda dan menurut saya pribadi hal yang diceritain itu dekat banget sama kita - kita yang umurnya 20-an bahkan 30an. Kenapaa? Karena bukunya bercerita tentang mimpi dan kesempatan kedua. But, I will not spoil you with the whole story ya. Better check out the website dan order bukunya (Bukunya limited edition lho).

Setelah ngobrol dengan temen - temen dan juga mba Rinda kami mutusin buat menghandle project untuk launching buku Gadis Daun Jeruk di akhir bulan April ini. Menurut saya sendiri, Gadis Daun Jeruk itu punya kedekatan pribadi sama saya. Saya pikir semua orang punya mimpi - mimpi dan kesempatan - kesempatan yang sempat dilupakan dengan segala hecticnya hidup yang sungguh luar biasa ini. Selain itu, buku ini juga ditemani ilustrasi apik dari mba Wickana. Inget fusion di dragon ball gak? Nah, buku ini fusion yang oke buat cerita dan ilustrasinya.

Sebenarnya untuk shadow play sendiri, kami, Flying Balloons Puppet sudah beberapa kali berkolaborasi dengan teman - teman pengkarya seperti penari dan juga kelompok teater di Jogjakarta.



Buat yang penasaran dengan buku Gadis Daun Jeruk dan juga penampilan kami, datang yuk ke Paviliun 28, Sabtu 28 April 2018.

See you there!

Monday, April 23, 2018

Book Talk: "Happiness is Homemade" by Puty Puar

Happy Monday!

Walaupun ini sudah hampir malam dan akan berganti hari, tapi nggak ada salahnya buat tetep semangat menyambut minggu yang baru kaan?

Jadi ceritanya, weekend kemarin, setelah sekian lama nggak pernah ikutan workshop atau kegiatan lain diluar kantor dan Flying Balloons Puppet. Akhirnya, ikutan book talk tentang Happiness is Homemade karya mba Puty Puar yang diadain oleh Folksy Magazine.

Saya belum pernah baca bukunya mba Puty, tapi ternyata reservasinya bisa sekalian sama paket buku Happiness is Homemade, alhasilnya langsung daftar deh (mumpung masih awal bulan juga sih waktu itu, budget buat self-love dan self-improvement masih adaa). Dulu pernah mampir di Instagram mba Puty karena muncul di explore,sempet kepo - kepo juga. Hehehe. Terus main ke blognya juga, banyak bacaan seru juga terutama tentang blogging dan creative work.



Berangkatnya semangat empat lima dah pokoknya, sampai sana langsung ke meja panitia, dan ternyata nama saya yang pertama (keliatan semangatnya kaan?). Habis daftar ulang, peserta di kasi goodie bag dari Folksy isinya buku Happiness is Homemade dan banyak voucher lainnya. Mba Puty ceritain dari perspektifnya sendiri dan juga pengalamannya yang berganti posisi dari awalnya wanita karir ke work at home mom. Sebenarnya yang buat saya tertarik dengan talk seperti ini adalah sifatnya sharing sessions, dan dari peserta itu ada beberapa yang memang ibu rumah tangga dan sedang merintis usaha di rumah.

Personally, saya belum berpikir untuk menjadi perempuan yang bekerja di rumah. Mungkin belum sampai di situ kali ya, karena untuk beberapa perempuan prioritas mereka adalah keluarga dan membesarkan anak. Jadi wajar juga sih kalau saya belum kepikiran ke level itu karena belum berkeluarga dan sama sekali nggak kepikiran buat memiliki anak. Perempuan yang bekerja di rumah dan memprioritaskan anak - anaknya nggak boleh dipandang sebelah mata lho, mereka punya cara mereka sendiri dan juga itu perihal pilihan bukan? Apapun pilihan perempuan dalam hidupnya harus dihargai karena dengan membuat pilihan serta diberikan pilihan adalah salah satu contoh emansipasi perempuan. Ya kaaan?

Menjadi bos sendiri dan bekerja di rumah keliatannya seru dan lebih asyik dibanding kerja kantoran ya kan?Menurut mba Puty nggak semudah itu, apalagi harus ada proses penyesuaian lagi dari sistem bekerja yang berbeda. Terlebih lagi dengan bekerja di rumah, kita harus pintar - pintar memanage waktu dan juga prioritas serta kemampuan kita. Tuh? PR banget yaa, apalagi yang sudah nyaman banget sama kerjaan kantorannya. Namanya pekerjaan, nggak ada yang mudah, baik bekerja dari rumah ataupun di kantor. Cuma, kita harus pinter bersyukur dan ngelakuin semuanya dengan happy.

Sampai lupa buat ceritain isi dan kenapa mba Puty menulis dan juga mengilustrasi buku “Happiness is Homemade” and I totally agree with her. Kebiasaan kita browsing explore dan juga feed Instagram kadang bikin kita ngebandingin apa yang teman - teman kita lakuin dan apa yang kita lakuin. Kayak contohnya nih “Si X udah jalan - jalan ke Iceland aja” “Saya mah apa, cuma bisa ke pasar”. Padahal tanpa kita sadar, sebenarnya hal - hal sederhana dan receh yang kita lakuin dan alamin setiap harinya itu bikin kita bahagia juga lho. Karena itu judulnya bukunya Happiness is Homemade, kebahagian - kebahagiaan yang hadir dan dibuat di rumah.

Nggak dipungkirin kan, kita bakal ngebandingin achievement temen - temen kita di Instagram dengan apa yang kita raih juga. Rasanya jauuuh banget, tapi setiap ada pikiran kayak gitu, biasanya saya bakalan ucapin mantra gini “Orang punya waktunya masing - masing. Waktu saya pasti akan datang dengan kejutan yang berbeda”. Padahal sebenarnya kita tau kalau hidup social media itu juga udah dikurasi oleh masing - masing pemilik akun tapi tendensi buat comparing ourselves itu kadang masih sering muncul. Jadi, intinya kita harus rajin - rajin bersyukur. Nah, bukunya mba Puty ini nggak cuma punya ilustrasi yang lucu, tapi juga cukup ampuh buat jadi reminder buat tetep bersyukur. Buat yang belum baca dan lihat bukunya, wajiib lihat dan baca.

Keep dreaming little owls!

Cheers,
M

Friday, April 20, 2018

Rangga is getting older

Hi! How is your April going?

Is it going as you plan in the early month? Or you have to adjust things to still go inline with what you want to achieve in this month. Whatever it is, keep smile little owl.

I dedicated this post for a friend, best friend, a great partner for these past years, Rangga.



Today is 20th April, it is Rangga’s birthday! He is a grown-ass 26 years old man. I never imagine that we would spend many birthdays together. I knew him when we were in middle school. He was a really weird guy but yet funny it his own way. He finally graduated from uni this year and I am so damn proud of him. I told you guys before how I involved in his final project, if you haven’t read about it, here is the post. You know, when a lot of people underestimate him, he showed them in the nicest way of revenge. I always believe that he is way beyond what others talk about behind him or how people put him into their boxes of judgment.

Anyway, Happy Birthday Rangga!

I always rooting for you. I know you are a talented artist and you can do whatever you want. In spite of what I always said or done, I never looked down upon you since I know that you can teach and share your passions with me and other Flying Balloons Puppet member.

Embrace all the good things that happen and will come on this new stage of your life.

Xoxo

M

Thursday, April 12, 2018

NATUH hadir di Jakarta! - Part 3

Hi, kembali lagi ke Behind Stages: Natuh hadir di Jakarta! - bagian ketiga.

Pada bagian ini, saya mau cerita perjalanan NATUH sampai akhirnya hadir bersama teman - teman di Jakarta bulan Maret kemarin. Jadi begini ceritanya, setelah kami hadir di FTRN pada bulan September 2017, kami dapat info kalau ada program hibah seni pertunjukan bernama Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017. Sejujurnya kami belum pernah ikutan kegiatan seperti itu, selama ini kami menggunakan dana pribadi untuk produksi pertunjukan kami. Hal yang baru tentunya menjadi tantangan buat kami sebagai kelompok juga bagi saya.

Di Flying Balloons Puppet, saya adalah salah satu co-founder dan juga creative manager. Ceilaaah, namanya asyik banget ya, hehehe, sejauh ini saya membantu teman - teman di kelompok seputar administrasi, proses kreatif dan juga produksi dari pertunjukan kami. Nggak sebatas itu sih, karena setiap orang juga terlibat langsung dalam setiap proses kreatif kelompok. Jujur, saya belum pernah punya pengalaman langsung menjadi seorang pimpinan produksi, selama ini kami bekerja cukup sporadis. Daftar ke Ruang Kreatif Seni Pertunjukan butuhin keberanian dan kepercayaan diri buat saya. Semesta punya cara untuk niat-niat baik kita, dan saya yakin kami bisa berbagi melalui ruang ini.



Setelah menunggu pengumuman dengan was - was, kami terpilih sebagai 25 besar kelompok yang akan mengikuti workshop di Jakarta selama 3 hari. I was super happy! Yet, nervous. 25 besar kelompok itu ngirimin satu anggotanya buat ikutan workshop. Dan tentunya saya yang diminta teman - teman untuk berangkat, pertama karena saya pimpronya, kedua karena mereka lagi pada kuliah. Selama 4 hari 3 malam di Jakarta, saya bertemu 24 peserta lainnya dari seluruh Indonesia, walaupun ada beberapa teman yang memang sudah saya kenal sebelumnya. Pengalaman baru yang sangat menyenangkan dan saya belajar banyak nggak cuma dari pengisi workshop tapi juga dari teman - teman yan hadir. Jujur, ada rasa minder ketika saya tahu sebagian besar orang yang ikut workshop memiliki background sekolah seni atau sudah lama menggeluti seni pertunjukan. Nyali sedikit menciut, apalagi setelah workshop, tepatnya di hari terakhir, kami 25 peserta akan pitching atau presentasi konsep pertunjukan kami di depan panel juri. When it comes to speak in front of people, I will get nervous, but there is thing that I believe. Nggak tau kenapa sih, ada keyakinan lain saat pitching di depan panel yang mana orang - orang kece di bidangnya masing - masing. Panel hari itu ada Garin Nugroho, Nano Riantiarno, mas Billy dan Adi dari Bakti Budaya Djarum Foundation. Mungkin hal yang bikin saya yakin sat presentasi adalah, saya sudah tahu luar dalam dari NATUH dan saya percaya bahwa NATUH punya jalannya sendiri untuk berbagi kepada teman - teman di Jakarta. Setelah kembali ke Jogja, beberapa hari kemudian, kami mendapat info bahwa kami lolos menjadi 10 besar peserta yang akan tampil di Galeri Indonesia Kaya di bulan Maret 2018.

Setiap kelompok yang terpilih akan didampingi mentor untuk proses kreatif di Ruang Kreatif Seni Pertunjukan ini. Flying Balloons Puppet didampingi oleh bapak Subarkah Hadisarjana, seorang aktor senior, makeup artist dan artistik dari Teater Koma, serta dosen artistik. Kami beruntung sekali beliau yang mendampingi kami selama proses ini. Pak Barkah adalah orang yang sangat bersemangat, dan beliau selalu punya cerita menarik tentang pengalaman beliau di seni pertunjukan. Kami mendapat dua kali kesempatan untuk bertemu secara langsung dan diskusi mengenai NATUH. Saat mentoring pertama, pak Barkah mengajak kami diskusi dan mendengarkan konsep dari pertunjukan kami. Lalu, kami diajak untuk mencoba material baru untuk boneka kami. Setelah mentoring pertama ini, kami mengubah struktur boneka dengan menggabungkan pipa paralon, busa ati, serta rotan. Kami memodifikasi hasil workshop yang diberikan oleh pak Barkah. Selanjutnya diskusi kami lakukan via Whatsapp Messenger, kami melakukan update eksplorasi bentuk kepada beliau. Lalu, pak Barkah melakukan mentoring kedua di pertengahan Februari 2018, kami mempresentasikan karya kami kepada beliau. Menurut saya pribadi, pak Barkah memiliki cara yang bijaksana menghadapi kami.



Setelah proses dari bulan Desember 2017 hingga Maret 2018, NATUH hadir di Galeri Indonesia Kaya pada hari Minggu, 25 Maret 2018, pukul 15.00. Saat itu, saya nervous sekali, karena melihat sudah banyak orang mengantri untuk masuk melihat pertunjukan kami. Sebelum pentas, kami berkumpul dan berdoa bersama dengan tim dan juga Pak Barkah. NATUH pun hadir bersama kalian semua.



Setiap tempat punya cara sendiri, dan kami sangat bahagia bisa berbagi dengan teman - teman di Jakarta melalui pertunjukan ini. Kami mendapat energi yang positif serta antusiasme dari teman - teman yang hadir. Kami sangat berterima kasih kepada semua yang hadir dan berbagi bersama NATUH. NATUH tidak akan bisa hadir tanpa energi baik yang teman - teman bagikan kepada kami, serta kesempatan yang diberikan semesta kepada kami melalui program Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017, begitu juga diskusi yang kami lakukan dengan teman - teman dari awal NATUH lahir.

Terima kasih, terima kasih.

Sampai jumpa di kesempatan baik lainnya.

Monday, April 9, 2018

Perjalanan NATUH - Part 2

Hi hi bertemu lagi di Behind Stages.
Saya mau cerita sedikit tentang tag behind stages ini, melalui tag ini saya ingin berbagi tentang pengalaman belakang panggung dari proses - proses yang saya ikuti dan ambil bagian di dalamnya. Sebagai seseorang amatir dalam dunia seni pertunjukan, saya ingin menjadikan ini sebagai catatan saya. Semoga bisa diambil manfaatnya oleh yang lain yaa.

Kami ingin NATUH itu berkembang dan kami berharap tetap bisa hidup dan tumbuh di mana saja. NATUH bukan cuma pertunjukan yang melibatkan kami, tapi ia adalah gambaran dari kehidupan kita semua. NATUH berkembang cukup pesat pada kehadirannya yang kedua saat The Night of Ideas. Boneka yang dulunya tidak bervolume kini memiliki detail lebih baik dalam tampilan dan juga permainannya. Sebelumnya boneka NATUH dimainkan satu orang, namun pada pertunjukan kedua, boneka dimainkan oleh dua orang. Kami juga memberi opsi - opsi baru dari shadow play yang kami hadirkan dalam pertunjukan ini. Setelah The Night of Ideas, salah satu teman kami mengajak kami untuk berbagi di Bondowoso dan Jember, yang mana adalah tempat asalnya. Saat bersamaan, saya wisuda ditanggal itu, sehingga, saya dan Rangga tidak bisa ikut perjalanan NATUH ke Bondowoso dan Jember.



Terlepas dari ketidakikutsertaan kami berdua, NATUH punya jalannya sendiri untuk berbagi kepada teman - teman di Bondowoso dan Jember. Terdapat banyak interpretasi menarik yang disampaikan teman - teman yang berangkat setelah mereka balik ke Jogja. Salah satunya adalah pembacaan penonton tentang hari kiamat melalui salah satu adegan di NATUH. Interpretasi lain in menjadi catatan menarik bagi saya pribadi, karena sebuah pertunjukan tidak bisa memaksakan penontonnya untuk sejalan dengannya. I mean, orang yang datang menonton membawa perangkat yang berbeda - beda dan NATUH punya tempat tersendiri dari memori penonton yang datang.

Setelah cukup lama, beristirahat, NATUH kembali kami hadirkan di Festival Teater Remaja Nusantara yang diadakan di ISI Yogyakarta. Kami ingin, NATUH menjadi salah satu alternatif bagi teman - teman yang datang dari berbagai daerah. NATUH adalah salah satu medium untuk berbagi. NATUH untuk FTRN punya beberapa hal baru. Sebenarnya di setiap pertunjukan NATUH, akan ada elemen yang bertambah dan berkurang. Karena tim yang tergabung pun berubah beberapa kali, ide yang datang untuk pertunjukan juga tentunya berubah. Saat FTRN, Anwar memberikan ide tentang spinner, sebuah alat sederhana yang kami buat untuk menghasilkan efek sinematis pada permainan bayangan kami. Selain ada perubahan juga pada salah satu karakter, yaitu LUTA. NATUH terus berkembang dan berubah bersamaan dengan berubahnya setiap orang yang terlibat di dalamnya.



NATUH adalah pertunjukan tunggal kami yang ketiga, pada tahun 2015 dan 2016 kami pernah produksi pertunjukan tunggal juga. NATUH punya cerita unik karena setelah dipentaskan pertama kali tahun 2015, proses kreatif dari NATUH tetap terjadi dan ini menjadi satu hal yang saya personally bangga. Kami masih lihat banyak sekali kemungkinan dari NATUH, hal bikin saya bahagia adalah ternyata NATUH mengajarkan kami banyak hal tidak hanya dalam hal eksplorasi dan juga berlatih. Tapi, melalui pertunjukan ini kami bertemu dengan banyak teman - teman hebat yang menginspirasi kami.

NATUH, bagi saya, membawa arti yang lebih luas dari tentang ide menjaga alam dan menghargai kehidupan di dalamnya. NATUH juga mengajak saya mengingat bahwa segala sesuatu itu pasti ada kontranya, dan tugas saya adalah bukan melihat kontranya sebagai musuh terbesar tapi, diri sendiri saat menghadapinya. You grew up with how you face your problems not how big the problem is, yet each problem has its own way to push you to the edges, right?

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Cheers,
M

Sunday, April 1, 2018

Behind Stages: NATUH hadir di Jakarta! - Part 1



Hi! Kembali lagi dengan cerita di balik panggung. Hari ini pengen banget cerita bagaimana akhirnya kami - Flying Balloons Puppet - bisa hadir di Jakarta minggu lalu. Entry blog ini akan saya bagi menjadi 3 bagian, semoga betah ya bacanya dan menunggu kelanjutan cerita ini.

Nggak saya bayangin sebelumnya, NATUH bisa kami bawakan di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia West Mall, Jakarta. Tepatnya pada tanggal 25 Maret 2018, perjuangan berlatih dan mengeksplorasi kemungkinan - kemungkinan dari pertunjukan ini terbayar dengan energi positif yang diberikan oleh penonton. Ini adalah pengalaman pertama saya fully sebagai Pimpinan Produksi sebuah pertunjukan teater boneka. Latar belakang pendidikan politik dan terjunnya saya ke dunia pertunjukan cukup membingungkan. Tapi, kecintaan saya pada seni sudah ada sejak saya kecil. Seperti yang selalu saya percaya bahwa ada jalan - jalan yang akhirnya kita ambil untuk menghidupkan kembali mimpi masa kecil saya, bergelut di dunia kreatif.

NATUH hadir di Jakarta, perjalanan ini di mulai jauh sebelum kami memutuskan untuk memberanikan diri mendaftarkan proposal pertunjukan NATUH ke Ruang Kreatif Seni Pertunjukan. Pada bagian ini saya akan cerita tentang lahirnya NATUH sebagai sebuah pertunjukan teater boneka.

NATUH pertama kali dipentaskan pada Pesta Boneka #5 yang diadakan oleh Papermoon Puppet Theatre 2 tahun yang lalu, tepatnya bulan Desember 2016. Kami ingin menampilkan pertunjukan yang bercerita tentang alam, namun cukup lama kami tidak menentukan konsep seperti apa yang akan kami bawakan untuk Pesta Boneka. Suatu hari Rangga bercerita pada saya dan anggota kami yang lain, tentang mimpinya membagikan bibit tanaman kepada setiap orang yang lewat di hadapannya. It was like his Aha! Moment. Dan kami pun setuju dengan ide Rangga. Saat itu kami beranggotakan lima orang termasuk saya dan Rangga, serta dua teman kami Maisarah dari Malaysia dan Nano adik kelas Rangga. Jujur sih, saya lupa proses di Pesta Boneka ini karena di saat yang bersamaan saya juga bekerja dan mengerjakan tugas akhir saya. Banyak pikiran bertumpuk.



Namun yang paling saya ingat dari proses ini adalah, keegoisan saya yang berujung pada bentuk boneka yang sama sekali tidak menguntungkan di atas panggung. Tidak ada volumenya sama sekali. Pertunjukan berjalan apa adanya, bahkan bisa dibilang sangat jauh dari apa yang sekarang teman - teman lihat saat di Galeri Indonesia Kaya. Meskipun kami mendapatkan energi yang baik dari Pesta Boneka, namun kami menyia-nyiakan kesempatan baik yang dibuka untuk kami. Pesta Boneka punya cerita sendiri bagi perjalanan kami sebagai grup teater boneka. Setelah Pesta Boneka berakhir, kami mendapatkan evaluasi dari Papermoon mengenai pertunjukan kami. Di saat bersamaan juga, kami dapat kesempatan untuk menampilkan NATUH pada acara yang diadakan oleh Institut Francais d’Indonesie bernama La Nuit des Idees or The Night of Ideas. Tawaran ini diberikan oleh Christine Moerman yang saat itu adalah Direktur IFI Yogyakarta, serta oleh Monsieur Christian Gaujac, attache kebudayaan Perancis yang saya wawancarai untuk tugas akhir saya.



Kesempatan ini kami jadikan sebagai batu loncatan untuk pertunjukan NATUH. Kami ingin berusaha lebih dan kami yakin ada hal - hal yang masih bisa dikembangkan melalui pertunjukan ini. Mengawali tahun, kami mementaskan untuk kedua kalinya NATUH di Auditorium IFI Yogyakarta pada bulan Januari 2017. Pertunjukan berjalan cukup baik, lebih baik malah dibandingkan saat pertama kali kami pentaskan di Pesta Boneka. Banyak hal yang kami kembangkan dan perbaiki serta elemen yang ditambahkan. Bentuk boneka jadi berubah signifikan hingga kami menemukan nama untuk masing - masing tokoh dalam NATUH. Mereka adalah Tok Bomoh, Taran, dan Tala, serta Luta sang penjaga keseimbangan kehidupan di NATUH.

Ada beberapa catatan yang harus saya ingat setiap memulai dan terlibat dalam sebuah pertunjukan. Take a deep breath and let go. Melepas ego dan menerima hal yang baik yang datang dengan bijaksana.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya ya!

Cheers,

M

Popular Posts

Featured Post

Hutan Indonesia, Mengambil bagian untuk Melestarikan

Bulan Agustus tidak hanya bulan bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia tapi ada hari penting yang patut diingat, digaungkan, dan juga diberit...