Monday, April 9, 2018

Perjalanan NATUH - Part 2

Hi hi bertemu lagi di Behind Stages.
Saya mau cerita sedikit tentang tag behind stages ini, melalui tag ini saya ingin berbagi tentang pengalaman belakang panggung dari proses - proses yang saya ikuti dan ambil bagian di dalamnya. Sebagai seseorang amatir dalam dunia seni pertunjukan, saya ingin menjadikan ini sebagai catatan saya. Semoga bisa diambil manfaatnya oleh yang lain yaa.

Kami ingin NATUH itu berkembang dan kami berharap tetap bisa hidup dan tumbuh di mana saja. NATUH bukan cuma pertunjukan yang melibatkan kami, tapi ia adalah gambaran dari kehidupan kita semua. NATUH berkembang cukup pesat pada kehadirannya yang kedua saat The Night of Ideas. Boneka yang dulunya tidak bervolume kini memiliki detail lebih baik dalam tampilan dan juga permainannya. Sebelumnya boneka NATUH dimainkan satu orang, namun pada pertunjukan kedua, boneka dimainkan oleh dua orang. Kami juga memberi opsi - opsi baru dari shadow play yang kami hadirkan dalam pertunjukan ini. Setelah The Night of Ideas, salah satu teman kami mengajak kami untuk berbagi di Bondowoso dan Jember, yang mana adalah tempat asalnya. Saat bersamaan, saya wisuda ditanggal itu, sehingga, saya dan Rangga tidak bisa ikut perjalanan NATUH ke Bondowoso dan Jember.



Terlepas dari ketidakikutsertaan kami berdua, NATUH punya jalannya sendiri untuk berbagi kepada teman - teman di Bondowoso dan Jember. Terdapat banyak interpretasi menarik yang disampaikan teman - teman yang berangkat setelah mereka balik ke Jogja. Salah satunya adalah pembacaan penonton tentang hari kiamat melalui salah satu adegan di NATUH. Interpretasi lain in menjadi catatan menarik bagi saya pribadi, karena sebuah pertunjukan tidak bisa memaksakan penontonnya untuk sejalan dengannya. I mean, orang yang datang menonton membawa perangkat yang berbeda - beda dan NATUH punya tempat tersendiri dari memori penonton yang datang.

Setelah cukup lama, beristirahat, NATUH kembali kami hadirkan di Festival Teater Remaja Nusantara yang diadakan di ISI Yogyakarta. Kami ingin, NATUH menjadi salah satu alternatif bagi teman - teman yang datang dari berbagai daerah. NATUH adalah salah satu medium untuk berbagi. NATUH untuk FTRN punya beberapa hal baru. Sebenarnya di setiap pertunjukan NATUH, akan ada elemen yang bertambah dan berkurang. Karena tim yang tergabung pun berubah beberapa kali, ide yang datang untuk pertunjukan juga tentunya berubah. Saat FTRN, Anwar memberikan ide tentang spinner, sebuah alat sederhana yang kami buat untuk menghasilkan efek sinematis pada permainan bayangan kami. Selain ada perubahan juga pada salah satu karakter, yaitu LUTA. NATUH terus berkembang dan berubah bersamaan dengan berubahnya setiap orang yang terlibat di dalamnya.



NATUH adalah pertunjukan tunggal kami yang ketiga, pada tahun 2015 dan 2016 kami pernah produksi pertunjukan tunggal juga. NATUH punya cerita unik karena setelah dipentaskan pertama kali tahun 2015, proses kreatif dari NATUH tetap terjadi dan ini menjadi satu hal yang saya personally bangga. Kami masih lihat banyak sekali kemungkinan dari NATUH, hal bikin saya bahagia adalah ternyata NATUH mengajarkan kami banyak hal tidak hanya dalam hal eksplorasi dan juga berlatih. Tapi, melalui pertunjukan ini kami bertemu dengan banyak teman - teman hebat yang menginspirasi kami.

NATUH, bagi saya, membawa arti yang lebih luas dari tentang ide menjaga alam dan menghargai kehidupan di dalamnya. NATUH juga mengajak saya mengingat bahwa segala sesuatu itu pasti ada kontranya, dan tugas saya adalah bukan melihat kontranya sebagai musuh terbesar tapi, diri sendiri saat menghadapinya. You grew up with how you face your problems not how big the problem is, yet each problem has its own way to push you to the edges, right?

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Cheers,
M

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Featured Post

Hutan Indonesia, Mengambil bagian untuk Melestarikan

Bulan Agustus tidak hanya bulan bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia tapi ada hari penting yang patut diingat, digaungkan, dan juga diberit...